Sub tema : Teknologi dan masyarakat
Nuklir
bagi sebagian masyarakat awam adalah sesuatu yang mematikan dan berbahaya,
menolak teknologi tersebut adalah wajib hukumnya apabila ada sekelompok orang
yang menggunakan teknologi nuklir. Ya paradigma masyarakat awam akan teknologi
nuklir memang tidak bisa dilepaskan dari penggunaannya yang saat masa-masa
kelam kerap kali digunakan sebagai senjata pemusnah massal. Belum lagi masalah
zat radioaktif yang membahayakan makhluk hidup yang berada disekitarnya apabila
terpapar oleh zat terebut. Maka tak salah bila orang awam menganggap teknologi
nuklir itu adalah teknologi yang berbahaya dan menakutkan.
Padahal pada saat ini penggunaan
teknologi nuklir bukan lagi sebagai pembawa masalah, tetapi pembawa penawaran
pemecahan masalah yang menarik. Yaitu sebagai energi alternatif sebagai
pengganti energi fosil yang kian hari kian menipis. Walau sebenarnya energi
nuklir juga merupakan energi fosil, namun energi nuklir ini memiliki tingkat
efisiensi tertinggi di bidang energi. Bahkan dari penggunaan energi alternatif
lain, bahkan dari energi alternatif terbarukan seperti energi angin, surya,
air, dll.
Apa itu energi nuklir? Energi
nuklir sendiri berasal dari uranium yang dipanaskan agar dapat melepas
energinya. Penggunaan uranium agar dapat digunakan sebagai energi adalah dengan cara melepaskan elektron-elektron
yang terkandung didalamnya. Elektron – elektron yang terlepas didalam uranium
ini diatur sedemikian rupa agar dapat mendapatkan energi yang dibutuhkan dan
maksimal. Perubahan energi ini dilakukan didalam reaktor nuklir dan diatur
sedemikian rupa pula agar perubahan energi ini teratur dan dapat dikendalikan.
Tentu hal ini sangat berbeda dengan bom nuklir yang selama ini dikenal dikalangan
orang awam. Pada bom nuklir perubahan energi yang terjadi sengaja dibuat agar
tidak beraturan dan mematikan. Hal ini lah yang membedakan antar penggunaan
energi nuklir untuk keperluan penambahan energi yang bermanfaat, dengan
penggunaan energi nuklir untuk dijadikan bom nuklir yang tidak bermanfaat.
Secara garis besar ini lah apa yang disebut sebagai energi nuklir.
Penggunaan energi nuklir ini
secara luas digunakan sebagai pembangkit listrik, dimana energi nuklir yang ada
digunakan untuk menggerakan turbin listrik, sehingga turbin listrik tersbut
dapat menghasilkan energi listrik. Dengan kegunaannya sebagai pembangkit energi
listrik tentu energi ini sangat lah bermanfaat. Dalam kegunaannya untuk
membangkit kan energi listrik sudah dijelaskan bahwa dibutuhkan uranium sebagai
bahan bakar utamanya. Namun seperti yang sudah dijelaskan pula bahwa energi
nuklir termasuk pada energi listrik yang tingkat efisiensinya tinggi. Karena
hanya dengan menggunakan sedikit uranium, energi yang dapat dihasilkan dapat
berjuta-juta kali lipat. Tentu ini lah mengapa energi nuklir bisa dikatakan
sebagai energi fosil alternatif. Berbeda dengan penggunaan energi air yang
membutuhkan debit air yang tinggi pula agar dapat menghasilkan energi listrik
yang besar,lalu penggunaan energi angina yang dimana angina tersebut harus
cukup kuat dan konstan untuk dapat memutar turbin listrik yang besar pula.
Maka jelas lah bahwa teknologi
nuklir dapat membawa dan menawarkan solusi yang cukup baik untuk menangani
permasalahan energi yang saat ini banyak terjadi di berbagai negara, termasuk
negara Indonesia.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa
teknologi nuklir adalah teknologi tingkat tinggi. Yang artinya dibutuhkan pakar
dan ahli yang tidak sedikit apabila ingin memanfaatkan energi nuklir ini.
Karena penggunaan energi nuklir ini tidak boleh terjadi kesalahan sedikit pun,
baik dari bangunan infrastruktur yang agar reaktor nuklir yang tersimpan
didalamnya dapat terjaga dengan baik dan tidak menimbulkan masalah apa bila
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu dari segi teknologi reactor nuklir
itu sendiri juga harus sangat mendukung, agar uranium yang digunakan sebagai
bahan bakar utama dari energi ini dapat diubah menjadi energi yang dibutuhkan
dengan secara maksimal.
Memang resiko yang ada dari penggunaan energi
ini tidak bisa dianggap main-main, namun apabila tidak mengambil resiko yang
ada, maka apa yang akan kita ubah? Apakah tetap pada kebiasaan lama dan
menunggu waktu dimana krisis energi menjadi permasalahan yang semakin rumit, atau
mengambil resiko yang ada dan terjadi perubahan dalam bidang energi sehingga
krisis energi dapat terhindarkan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar