Sub tema: pemuda dan sosialisasi
Setiap manusia pasti membutuhkan
komunikasi dan bersosial, karena memang pada hakekatnya manusia adalah makhluk
sosial. Karena dengan berkomunikasi dan bersosial setiap manusia dapat saling
bertukar pikiran dan mengutarakan apa yang ada didalam hati mereka. Tentu ini
sangat bermanfaat bagi manusia. Karena dengan adanya pertukaran pikiran dan
penyampaian aspirasi yang ada pada diri manusia, manusia menjadi tidak mudah
stress. Stress yang disebabkan akibat tertumpuknya pikiran-pikiran yang ada
pada diri seseorang menjadi penyebab utama dari masalah ini. Terlebih jika
penumpukan pikiran-pikiran tersebut berlangsung cukup lama, dapat menyebabkan
berbagai penyakit pada manusia. Dan tentu hal tersebut sangat berbahaya karena
hanya dengan penumpukan pikiran seseorang dapat terkena penyakit. Bahkan tak
jarang penyakit yang menjangkit seseorang akibat stress yang mereka alami
berakibat pada timbulnya penyakit-penyakit yang sangat berbahaya. Seperti
stroke, penunuran daya tahan tubuh yang terus menerus, flu yang berkepanjangan,
dll. Sebab itulah manusia yang memiliki kemampuan sosial yang baik menjadi
tidak mudah stress.
Namun, didunia ini setiap orang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan antar individu ini
bermacam-macam, perbedaan sifat, kemampuan, pemikira, wajah, dll. Tapi ada satu
persamaan yang ada pada setiap manusia yaitu, frekuensi. Frekuensi yang
dimaksud adalah persamaan minat dan pemikiran. Persamaan ini membuat seseorang
menjadi sangat dekat secara pertemanan. Dan biasanya dua atau lebih individu
yang memiliki kesamaan frekuensi ini menjadi suatu komunitas/perkumpulan yang
memiliki tujuan yang sama. Dengan begitu timbulah persahabatan antara mereka.
Kembali lagi ke permasalahan
awal, ada manusia yang mudah bersosial sehingga manusia tersebut cenderung
memiliki banyak teman. Namun ada juga manusia yang bersosial ala kadarnya.
Artinya mereka lebih memilih menyendiri dari pada bersosial keluar. Namun
mereka ini bukannya antisosial. Mereka tetap bersosial hanya saja tempat mereka
bersosial hanya berdasarkan persamaan pemikiran yang mereka punya saja. Hal ini
menyebabkan mereka hanya memiliki beberapa teman dekat saja. Mereka mungkin
kurang aktif dalam sosial mereka, namun sebenarnya apabila sudah mengenal lebih
dekat orang tersebut, taka da yang berbeda dengan mereka yang mempunyai
kemampuan untuk bersosial dengan baik. Mereka yang seperti ini biasanya disebut
introvert. Dan mereka yang mudah
untuk bersosial dan mengekspresikan tanpa ragu apa yang mereka pikirkan disebut
ekstrovert.
Mungkin sudah banyak media-media
lain yang membahas bagaimana si introvert
itu bergaul dan bagaimana si ekstrovert bergaul.
Saya tidak akan membahasnya, karena memang bukan bidang saya untuk membahas
lebih jauh antara dua individu yang
berbeda itu, terutama dari aspek psikologis.
Kembali ke pokok permasalahan,
berteman berdasarkan kesamaan frekuensi. Pada dasarnya pertemanan ini tidak
bergantung apakah dia seorang introvert/ekstrovert. Biasanya jika sudah satu
frekuensi dua individu tersebut akan tetap mudah bersosialisasi. Ciri dari
kesamaan ini biasanya adalah terbentuknya satu komunitas. Namun bukan komunitas
yang biasanya kita kenal karena memiliki satu tujuan. Dalam tingkat yang lebih rendah
dan tidak sampai membentuk satu komunitas, kesamaan ini biasanya menghasilkan
satu ikatan persahabatan. Mereka yang memiliki kesamaan frekuensi ini cenderung
untuk melakukan berbagai hal secara bersama-sama.
Terbentuknya kesamaan frekuensi
ini bisa disebabkan karena berbagai hal. Mulai dari persamaan nasib, persamaan
pemikiran, persamaan pengalaman, latar belakang, dll. Karena persamaan itu lah
mengapa mereka mempunyai kesamaan frekuensi.
Dengan berteman berdasarkan
kesamaan frekuensi ini, apakah akan membawa seseorang ke dalam hal-hal positif
atau negatif? jawabannya adalah dinamis.
Karena pertama, Sekali lagi dalam kesamaan frekuensi biasanya
diisi oleh mereka yang mempunyai kesamaan pemikiran, latar belakang, nasib,
perilaku, dll. Tergantung apakah mereka didominasi oleh mereka yang berperilaku
positif atau negatif. Apabila perkumpulan tersebut didominasi oleh mereka yang
berperilaku positif, maka seseorang yang berada didalam perkumpulan tersebut
akan ikut menjadi seseorang yang positif walau sebelumnya individu tersebut
merupakan individu yang negatif, dan begitu pun sebaliknya.
Kedua, sebenarnya hal tersebut
dapat dipatahkan apabila individu tersebut memiliki dasar pemahaman yang kuat.
Seseorang yang memiliki dasar pemahaman yang kuat baik itu positif maupun
negative pasti tidak akan terbawa oleh pengaruh perkumpulan tersebut. Namun,
menurut penulis hal ini jarang terjadi. Karena dengan adanya perbedaan dasar
yang nyata itu biasanya individu tersebut akan langsung merasa memiliki
frekuensi berbeda. Namun tidak menutup kemungkinan jika hal ini bisa terjadi.
Karena penulis sendiri pernah melihat langsung proses itu.
Hal ini tidak berlaku bila
membahas soal pertamanan biasa dan tidak mempertimbangkan kesamaan frekuensi
yang berujung pada persahabatan. Pada pertemanan biasa baik itu positf maupun
negatif dapat tetap bersatu, hanya saja tidak sekuat dengan mereka yang
memiliki kesamaan frekuensi.
Maka dari penulisan ini, penulis
mengungkapkan bahwa setiap orang pasti memiliki persamaan frekuensi pertemanan
dengan orang lain dan berujung pada persahabatan. Maka jangan pernah menghakimi
seseorang karena beranggapan mereka yang tidak terlalu sering berkumpul pada
suatu perkumpulan dianggap tidak solid atau yang lainnya. Individu tersebut
pasti memiliki alasannya sendiri mengapa mereka berbuat seperti itu. Tujuan
hidup seseorang berbeda-beda jangan paksakan kehendak kita pada mereka. Bisa
saja individu tersebut belum melihat kesamaan frekuensi yang dimilikinya dengan
perkumpulan yang ada itu. Namun, apabila individu tersebut sudah melihat
persamaan frekuensi yang dimilikinya dengan perkumpulan yang ada, mereka pasti
akan bergabung dengan sendirinya.
Sekian
terima kasih J
terimakasih atas info mengenai kesamaan frekuensi ini. jujur saya kadang merasa tidak punya teman yang memiliki frekuensi yang sama seperti saya.
BalasHapus